Adab Buang Air Besar/Kecil
Segala perilaku yang kita lakukan semua ada aturan atau adabnya, seperti adab
makan, adab berpakaian, adab bertamu, dan lain sebagainya. Buang air besar atau
air kecil pun ada adab-adab yang harus kita perhatikan dan kita lakukan, yaitu
sebagai berikut:
1. Menutup diri dan menjauh
dari manusia ketika buang air besar/kecil.
Dari Jabir bin Abdillah RA, beliau mengatakan:
2. Tidak melapaskan dan membawa sesuatu
yang bertuliskan nama Allah.
Kita diperintahkan untuk mengagungkan nama
Allah. Allah SWT berfirman:
“Demikianlah (perintah
Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu
timbul dari ketakwaan hati.” – QS. Al Hajj: 32.
Dari Anas bin Malik, beliau berkata:
Akan tetapi hadits ini adalah hadits munkar yang diingkari oleh banyak
peneliti hadits. Namun memang cincin Rasulullah SAW bertuliskan “Muhammad Rasulullah”.
Baca juga: Harga Karpet Masjid Polos di Bandung
Syaikh Abu Malik menyebutkan, “Bila cincin atau semacam itu dalam
keadaan tertutup atau dimasukkan ke dalam saku atau tempat lainnya, maka boleh
barang tersebut dimasukkan ke WC. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, “Jika ia mau, ia boleh memasukkan barang tersebut
dalam genggaman tangannya. Dan bila ia takut barang tersebut hilang karena diletakkan di luar,
maka boleh masuk ke dalam kamar mandi dengan barang tersebut dengan alasan
kondisi darurat.”
3. Membaca basmalah dan
meminta perlindungan kepada Allah SWT (membawa ta’awudz) sebelum masuk wc/toilet.
Dan jika tempat buang airnya terbuka, maka diucapkan saat melucuti pakaian.
Rasulullah SAW bersabda: “Penghalang antara
pandangan jin dan aurat manusia adalah jika salah seorang di antara mereka
memasuki tempat buang hajat, lalu ia ucapkan ‘Bismillah’.” – HR. Tarmidzi.
Dari Anas bin Malik, beliau berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki jamban, beliau mengucapkan: Allahumma inni a’udzu bika minal khubtsi wal khobaits (Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan).” – HR. Bukhari.
4. Mendahulukan kaki kiri
ketika masuk toilet/wc dan mendahulukan kaki kanan saat keluar.
5. Tidak menghadap kiblat
atau pun membelakanginya.
Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasulullah SAW bersabda:
“Jika kalian mendatangi jamban, maka
janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke
arah timur atau barat.” Maksud dari “hadaplah arah barat dan timur” di
sini yaitu ketika kondisinya di Madinah. Untuk kita yang berada di Indonesia, karena arah kiblat di barat, maka kita diperintahkan menghadap ke utara atau selatan.
6. Dilarang berbicara kecuali
jika darurat.
Dari Ibnu ‘Umar RA, beliau mengataka:
“Ada seseorang yang melewati Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang
tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.”
Telah kita ketahui bahwa menjawab salam itu wajib, namun saat buang air
Rasulullah SAW tidak menjawabnya. Hal ini menunjukkan dilarangnya berbicara
saat buang air, terlebih jika di dalam pembicaraan mengandung Asma Allah.
Tetapi, bila seseorang berbicara karena ada suatu keperluan yang harus
dilakukan saat itu juga, seperti meminta air atau menanyakan jalan, maka
diperbolehkan karena alasan darurat.
Lihat juga: Daftar Harga Kerpet Masjid di Bandung
7. Tidak buang air
besar/kecil di jalan dan tempat bernaungnya manusia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
8. Tidak buang air
besar/kecil di air yang tergenang.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau mengatakan:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang kencing di air tergenang.” – HR. Muslim.
Air tergenang di sini tidak hanya air tergenang yang kecil, namun juga yang besar, contohnya waduk, kolam air, dan bendungan karena dapat menimbulkan
pencemaran dan dapat membawa dampak bahaya bagi yang lainnya. Apabila kencing saja
dilarang, maka buang air besar sangat dilarang.
9. Memperhatikan adab
ketika istinja’ (membersihkan sisa kotoran setelah buang air besar/kecil), di
antaranya sebagai berikut:
a. Menggunakan tangan kiri.
Rasulullah SAW bersabda:
b. Menggunakan air atau
menggunakan minimal tiga batu (istijmar). Beristinja’ dengan menggunakan air
lebih utama daripada menggunakan batu, karena dengan air lebih bersih. Dalilnya:
Dari Anas bin Malik, beliau berkata “Ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam keluar untuk buang hajat, aku dan anak sebaya denganku datang
membawa seember air, lalu beliau beristinja’ dengannya.” – HR. Bukhari dan
Muslim.
c. Memerciki kemaluan dan
celana dengan air setelah kencing untuk menghilangkan was-was. Ibnu ‘Abbas
berkata:
Jika tidak dapat menemukan air atau batu untuk istinja’, bisa digantikan
dengan benda lainnya asalkan memenuhi tiga syarat yaitu: benda tersebut suci, bisa
menghilangkan najis, dan bukan barang berharga seperti uang atau makanan.
Contohnya yaitu tisu toilet.
10. Mengucapkan doa setelah
keluar kamar mandi.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa setelah
beliau keluar kamar mandi beliau ucapkan “ghufronaka” (Ya Allah, aku memohon
ampun pada-Mu).” – HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad
Darimi.
Demikian sedikit penjelasan mengenai adab buang air besar/kecil. Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Karpet Masjid murah! Klik di sini!
Komentar
Posting Komentar